Perjuangan mengembalikan Harkat & Martabat Rakyat Aceh belum usai, episode perjuangan masih menanti kita & semakin berat tatkala titisan darah pejuang yang mengalir dalam pribadi-pribadi Aneuk Nanggroe, hanya tersia-siakan & bahkan nyaris salah kaprah kerana melebihpentingkan ambisi pribadinya dengan teramat sering mengabaikan keterlibatan para pihak yang berkenaan & masyarakat dalam proses pembangunan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wednesday, August 24, 2011

Siaran Pers Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA)

Banda Aceh, 15 Agustus 2010

Sehubungan dengan peringatan hari bersejarah penandatangan MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005, SIRA merasa perlu mengingatkan kepada pemerintah RI atas kewajiban-kewajibannya yang belum dipenuhi dalam mengadakan dan melaksanakan undang-undang serta peraturan yang diperlukan sebagaimana ditentukan dalam MoU RI-GAM tersebut.

Kegagalan, penundaan yang berlarut-larut, pelaksanaan yang tidak maksimal, telah menimbulkan kegelisahan yang berat di kalangan rakyat Aceh, apalagi mengingat pernyataan Presiden SBY bahwa Pemerintah Pusat akan mengakhiri semua komitmennya terhadap UUPA pada akhir tahun 2010 ini, yang hanya tinggal beberapa bulan saja lagi.

Kekecewaan rakyat Aceh telah mencapai puncaknya ketika Menteri Keuangan menyatakan akan menganulir RPP Sabang sehingga menimbulkan reaksi demikian keras yang mengancam proses perdamaian yang sedang berjalan baik di Aceh. SIRA melihat insiden terakhir ini, dari serangkaian tindakan-tindakan Pemerintah Pusat yang lain, seolah-olah membuktikan kecurigaan rakyat Aceh bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah jujur atau ikhlas dalam menyelesaikan perselisihannya dengan rakyat Aceh.

Dalam soal berbagai RPP yang belum diselesaikan, kita melihat beberapa yang krusial, termasuk:
1. RPP Pelimpahan Kewenangan kepada Dewan Kawasan Sabang (DKS) yang bahkan mau dianulir setelah mencapai titik akhir penyelesaiannya,
2. RPP MIGAS yang masih terkatung-katung
3. RPP tentang pengaturan Kewenangan Pemerintah Aceh

Seringkali hambatan yang terjadi bukan atas kebijakan pimpinan tertinggi Pemerintah Pusat, tapi dipermainkan ditingkat birokrasi, sehingga Pemerintah Aceh merasa ditipu. Keadaan ini jelas terjadi dalam peristiwa RPP Sabang ini, dimana Menteri Keuangan menyatakan tidak tahu menahu tentang keputusan hendak menganulir RPP Sabang oleh kementeriannya.

Kita mencatat dengan bangga tindakan segera Wagub Muhammad Nazar dalam menangani kejadian terakhir ini, tetapi tetap beranggapan bahwa hal itu tidak cukup. Kewajiban memelihara perdamaian adalah kewajiban seluruh rakyat Aceh. Oleh karena itu, SIRA mengambil kesempatan ini untuk menyatakan:

1) Kami menganggap pemerintah tidak serius dalam menangani pelaksanaan MoU/UUPA dan terkesan selalu menunda-nunda proses yang semestinya telah berjalan sejak 3 tahun yang lalu, namun tersendat tanpa alasan yang jelas. rakyat Aceh sudah jenuh dengan sikap pemerintah yang hanya menjadikan Aceh sebagai praktek regulasi tanpa kewenangan yang jelas. Tenggat waktu yang diberikan oleh Presiden SBY untuk seluruh penyelesaian UU yang menyangkut dengan UUPA/2006 berakhir pada bulan Desember 2010, telah membuat keresahan di tingkat pembuat kebijakan di Aceh dan juga masyarakat Aceh,

2) Kami menghimbau dan menyerukan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh agar bekerja serius dalam memperjuangkan ketetapan-ketetapan yang berlaku yang telah disepakati bersama untuk penyelesaian konflik di Aceh agar perdamaian yang adil dan bermartabat di Aceh benar-benar terwujud.

3) Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA) demi ikut serta mempertahankan proses perdamaian dan hak-hak Aceh sebagaimana di MoU, akan:
a. mengaktifkan dan menggerakkan seluruh kantor SIRA di wilayah Aceh,
b. menghidupkan kembali gerakan sipil rakyat untuk memonitor dan kalau perlu melakukan pembangkangan sipil secara damai guna menekan pemerintah secara demokrasi agar menjalankan amanah ini dengan baik,
c. SIRA akan melakukan aksi-aksi penyadaran dan pendidikan kepada masyarakat tentang pasal-pasal UUPA yang tidak sesuai dengan amanat MoU Helsinki dan semangat perdamaian

Kami disini ingin mengutip pernyataan Direktur CMI, mantan Presiden Finlandia, Marti Ahtisaari yang menjadi orang tengah perdamaian RI-GAM, sebagai menutup pernyataan pers ini:

“Tidak ada kekuasaan di dunia ini yang bisa menjamin berlanjutnya perdamaian jika salah satu pihak yang bertikai tidak jujur atau ikhlas dalam melaksanakan kesepakatan yang telah dipersetujui bersama.”


Dewan Presidium SIRA,

Shadia Marhaban,
Jurubicara

Friday, July 29, 2011

Profil Muhammad Nazar

Sepanjang 1999-2000, namanya sering menghiasi halaman  media. Tak hanya media lokal dan nasional, tapi juga media luar negeri. Para wartawan saling berebutan mendapatkan wawancara darinya. Kantornya di Jalan Panglima Polem No 62 Peunayong, Banda Aceh, tak pernah sepi. Siapa saja yang datang ke kantor itu, dilayaninya. Tak peduli, apakah dia wartawan atau rakyat biasa.
Kantor itu sebenarnya hanya sebuah rumah. Ada 6 kamar dengan ruang tamu yang cukup luas. Rumah itu tersambung hingga ke belakang. Di sinilah kantor Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA). Ruang di bagian belakang dipakai sebagai markas Tabloid SUWA SIRA. Tabloid SUWA menjadi media yang mensosialisakan perjuangan Referendum Aceh.

Di beberapa bagian dindingnya, tercetak jelas tulisan Referendum, warna biru. Sementara di dinding lain, terdapat tulisan SIRA plus lambang kupiah meukutop dengan dua rencong tertusuk ke bawah.

Dia sering melayani wartawan dengan background tulisan Referendum atau SIRA. Wawancara tak hanya dengan wartawan nasional, tapi juga jurnalis internasional dari The New York Times, The Guardian, The Telegraph atau Washington Post, termasuk dengan wartawan Aljazeera. Dia cukup pasih berbicara bahasa Inggris atau bahasa Arab. Kemampuan berbahasa diperolehnya selama empat tahun kuliah di Jurusan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Ar Raniry dan Lembaga Bahasa dan Pengembangan Tenaga Pengajar IAIN Ar Raniry, khusus untuk bahasa Inggris.

Kejadian itu sudah berlalu 10 tahun yang lalu. Sepanjang itu pula, dua dua kali dia masuk penjara dan berurusan dengan polisi dan militer Indonesia. Terakhir saat Aceh terjerambab dalam staus Darurat Militer tahun 2003, dia dipindahkan ke sebuah Lembaga Pemasyaratan (LP) di Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Pengadilan Negeri (PN) Banda Aceh mengganjarnya dengan hukum 5 tahun penjara.

Pria itu, Muhammad Nazar. Dia lahir 1 Juli 1973 di Ulim, Pidie Jaya atau 38 tahun silam. Dia baru menghirup udara bebas setelah Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangai perjanjian damai (MoU) Helsinki yang mengakhiri pertikaian 30 tahun lamanya.

Alumni IAIN Ar Raniry pertama ditangkap saat peringatan Sidang Raya Rakyat Aceh untuk Kedamaian (SIRA RAKAN) 14 November 2000. Dia ditangkap atas tuduhan menyebarkan kebencian terhadap pemerintah Indonesia. Namun, dia hanya sempat menghirup pengapnya udara penjara selama 10 bulan.

Sejarah pahit itu terulang kembali pada tahun 2003 saat Aceh sedang dalam masa-masa CoHA. Ironisnya, penangkapan salah satu tokoh tahun 1999 bersama Teungku Abdullah Syafie (Panglima GAM) terjadi Rabu (12/02/2003) malam lebaran Idul Adha. Ketika orang sedang larut dalam alunan takbir. Nazar dijemput paksa malam itu oleh aparat keamanan dari Polresta Banda Aceh (sekarang Poltabes) di rumahnya di kawasan Lampulo, Kuta Alam, Banda Aceh.

Sejak saat itu, Ayah dari Muhammad Assad ini tak pernah lagi menghirup udara bebas. Ketika Pemrintah Indonesia di bawah Presiden Megawati Soekarnoputri memberlakukan Darurat Militer di Aceh, Nazar bersama tahanan politik GAM dibuang ke Pulau Jawa, tepatnya di Penjara Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Pengadilan Negeri Banda Aceh memvonisnya 5 tahun penjara.

Tahun 2006, dalam suasana Pilkada 2006, Tgk Bakhtiar Abdullah masih terkagum-kagum dengan sosok Muhammad Nazar. Menurutnya, Muhammad Nazar adalah seorang pemuda yang kharismatik, yang dikenali bukan saja oleh golongan intelektual, melainkan juga golongan politik atas prinsip memperjuangkan demokrasi di Aceh. “Walaupun beberapa kali ditangkap dan dipenjarakan, beliau tak pernah bergeser dari prinsip perjuangan demokrasi untuk mengubah nasib Aceh,” kata Bakhtiar Abdullah, Biro Penerangan GAM di Swedia.

Kepemimpinan Muhammad Nazar, lanjut salah seorang juru runding GAM ini, bukan saja dalam bidang politik, melainkan juga dalam hal agama. “Kemampuan ilmu agamanya sudah tak bisa diragukan lagi. Nazar juga seorang public figure yang sering tersenyum, sederhana dalam hidupnya.” sebutnya.

SIAPA sebenarnya Muhammad Nazar? Namanya nyaris tak dikenal publik Aceh, nasional dan internasional sebelum Kongres Mahasiswa dan Pemuda Aceh Serantau (KOMPAS) yang digelar pada 31 Januari-4 Februari 1999. Kongres itu sendiri terselenggara setelah aksi demonstrasi di kota-kota besar di Aceh, Medan, Jakarta dan luar negeri yang difasilitasi Koalisi Aksi Reformasi Mahasiswa Aceh (KARMA) dan Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN). Menurut panitia, KOMPAS diikuti tak kurang dari 116 lembaga mahasiswa, santri, pemuda, pelajar, district organization, pressure groups dan lembaga solidaritas masyarakat Aceh baik di Aceh maupun di luar negeri.

Kongres ini secara resmi merekomendasikan dua hal penting: Pertama, referendum dengan dua opsi, merdeka atau bergabung dengan Republik Indonesia. Kedua, mendirikan Sentral Informasi Referendum Acheh (SIRA) sebagai lembaga independen yang bertugas mengorganisir informasi dan perjuangan penentuan nasib sendiri melalui referendum damai.

Sesuai mandat KOMPAS, Muhammad Nazar diserahi tanggung jawab sebagai Koordinator Pusat Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA). Dia dibantu sejumlah anggota presidium SIRA. Tugas SIRA saat itu adalah mengorganisir dan sosialisasi perjuangan referendum hingga ke kampung-kampung. Hasilnya, tak lebih dari tiga bulan, histeria referendum bergema di seluruh Aceh. Sepanjang jalan Banda Aceh-Media, dipenuhi grafiti, spanduk, dan baliho referendum. Spanduk referendum juga dipasang di setiap simpang masuk ke perkampungan penduduk.

Kampanye referendum yang dilakukan Muhammad Nazar dari SIRA dan aktivis dari berbagai elemen gerakan mahasiswa cukup efektif. Dukungan pun mengalir, tak hanya dari masyarakat biasa, melainkan dari ulama, akademisi, anggota dewan dan pemerintahan kabupaten/kota.

DPRD Aceh Selatan, misalnya, mengeluarkan pernyataan secara terbuka mendukung gerakan referendum yang disuarakan para mahasiswa. (Serambi Indonesia, 1 November 1999). Sementara Bupati Aceh Tengah, H. Mustafa Tamy juga menyatakan dukungannya terhadapa perjuangan mahasiswa dan masyarakat. Tetapi Mustafa meminta agar aksi atau gerakan yang dilakukan masyarakat tidak menjurus kepada aksi-aksi makar yang menimbulkan keresahan. “Kita serahkan yang terbaik bagi rakyat,” kanya seperti dikutip Serambi Indonesia, 2 November 1999.

Dukungan referendum terus mengalir menjelang pelaksanaan Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum (SU MPR) Aceh. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh dan DPRD Aceh menyatakan dukungan terhadap acara yang digelar oleh SIRA tersebut dan meminta masyarakat Aceh Berdoa agar SU MPR berlangsung rukun, aman dan damai. (Serambi, 8 November 1999). Dukungan yang diberikan MUI dan DPRA seperti spirit bagi masyarakat dan mahasiswa karena saat pelaksanaan SU MPR, dua juta masyarakat Aceh menggelorakan referendum di Masjid Rayat Banda Aceh.

Kehadiran massa yang begitu besar juga membuat presiden Gus Dur menyatakan persetujuannya terhadap referendum yang sedang melakukan kunjungan luar negeri ke Kamboja. Malah, Gus Dur menjanjikan pelaksanaan referendum Aceh akan digelar 7 bulan lagi. (Serambi, 17 November 1999).

Gerakan yang dilakukan SIRA juga mendapat dukungan dari Gerakan Aceh Merdeka. Pemimpin GAM Teungku Hasan Tiro (kini Alm) bahkan mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) segera menggelar referendum di Aceh untuk menentukan nasib rakyat Aceh, bergabung dengan Indonesia atau merdeka. Dukungan pendiri GAM ini sebenarnya sudah pernah dinyatakan oleh Panglima GAM Tgk Abdullah Syafie. “Yang pasti seluruh rakyat Aceh menuntut merdeka. Namun, caranya yang berbeda-beda.” (Serambi, 10 November 1999).

Begitulah sepak terjang Muhammad Nazar. Namanya cukup tenar, seperti kata referendum sendiri. Dia dianggap mampu mengembalikan martabat dan marwah rakyat Aceh. Kekuatan itu pula yang mendongkrak karirnya di kemudian hari. Tuahnya sebagai pejuang referendum mengantarkan diri menduduk posisi Wakil Gubernur Aceh berpasangan dengan Irwandi Yusuf.

KINI, dalam Pilkada 2011, Muhammad Nazar menguji keberuntungan dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh, tak lagi berpasangan dengan Irwandi. Peluang Ketua Dewan Presidium SIRA yang kini Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA ini cukup besar. Sejumlah lembaga survei, menempatkan Muhammad Nazar sebagai calon kuat dengan elektabilitas paling tinggi.

Survei Lembaga Penelitian Nusantara (LPN) yang melakukan survei sejak November-Desember 2010, Muhammad Nazar memperoleh persentase tertinggi dengan 38,84 persen dari total 345 pemberi informasi/responden, Irwandi Yusuf (12,48 persen) dan calon lain di bawah 10 persen.

Sementara Survei Occidental Research Institute (ORI) juga menempatkan Muhammad Nazar sebagai pemenang dengan memperoleh 45 persen dari 12.755 responden, diikuti Irwandi Yusuf menempati urutan kedua dengan 33 persen responden. Sementara calon lain jauh di bawah mereka.

Hasil survei ORI ini tak jauh berbeda dengan survei yang dilakukan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) di 23 Kabupaten/Kota di Aceh. Sebanyak 42 persen responden yang disurvei memilih Nazar sebagai calon gubernur mendatang. Sedangkan Gubernur Irwandi Yusuf meraih 31 persen suara.

Awal Mei lalu, saya menemui Muhammad Nazar di rumahnya di kawasan Blang Padang, Banda Aceh. Dia banyak bercerita soal perkembangan mutakhir Aceh, dari kisruh Independen hingga soal investor. Dia juga bercerita kenapa mau kembali bertarung memperebutkan kursi nomor satu Aceh, berpisah dengan Irwandi Yusuf. Tak hanya itu, suami Muhammad Nazar ini menceritakan pengalamannya saat bertemu pertama kali dengan Teungku Hasan Tiro di Stockholm, Sweden, awal 2000.

“Wali sering berbicara bahasa Inggris dengan saya,” katanya. Wali, lanjut dia, senang bertemu dengan anak muda yang gigih memperjuangkan nasib Aceh. Saat itu, hubungan antara SIRA dan GAM masih akur. Hubungan tersebut memburuk setelah Pilkada 2006. Penyebabnya, karena dia dan Irwandi Yusuf maju sendiri sebagai calon gubernur/wakil gubernur dan tak mau mendukung Humam Hamid-Hasbi Abdullah.

Menurut Muhammad Nazar, apa yang dilakukan dia tidak salah. Dia ikut peunutoh Wali Neugara Hasan Tiro.

“Hareum ikot peunutoh yang salah meski nyan diteubit dari babah pimpinan.” Kalimat itu, katanya tercetak di pintu rumah Wali Neugara Hasan Tiro di Sweden. Kalimat magis ini masih diingatnya sampai sekarang. Padahal, dia membacanya hampir 10 tahun yang lalu.

Wali, begitu anggota GAM di lapangan menyapa Hasan Tiro, tak ingin peristiwa saat Sultan Aceh menyerah ke Belanda terulang kembali. Bahwa meski seorang pimpinan sudah ditawan atau menyerah, kita tak harus mengikuti perintahnnya lagi apalagi jika perintah itu tidak benar.[]



C U R R I C U L U M V I T A E

N a m a : Muhammad Nazar
Tempat/Tgl Lahir : Ulim, 1 Juli 1973
Alamat Asal : Jl. Flamboyan II no 4 Lampulo Banda Aceh
Alamat Sekarang : Jl. Cendana I No. 2 G Jeulingke Banda Aceh
Status : Kawin, punya 1 putra, 1 putri


PENDIDIKAN
  • Madrasah Ibtidaiyah Tanjong Ulim- Pidie, tamat 1986
  • Madrasah Tsanawiyah Ulee Gle-Bandar Dua, Pidie tamat 1989
  • Madrasah Aliyah Ulim, Pidie, tamat 1992
  • IAIN Ar Raniry Darussalam Banda Aceh, tamat 1997
  • Program Non Gelar Sarjana Purna Ulama IAIN Ar Raniry, tamat 1998


PENDIDIKAN NON FORMAL
  • Dayah Salafiah Darul Mu’alla Ulim Pidie 1986 – 1990
  • Dayah Salafiah Babussalam Ulim Pidie 1990-1992


PENGALAMAN ORGANISASI & PERGERAKAN SIPIL
  • Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Adab IAIN Ar Raniry 1993 – 1994
  • Pengurus Senat Mahasiswa Istitut IAIN Ar Raniry 1994 -1995
  • Pengurus Fokusgampi 1994 – 1996, dan Dewan Presidium Fokusgampi 1999 – 2000
  • Pendiri dan Pengurus Angkatan Intelektual Muda Darussalam 1998 – 1999
  • Ketua Dewan Presidium Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) 1999 – sekarang


PENGALAMAN KERJA:
  • Asisten Dosen di IAIN Ar Raniry Darussalam Banda Aceh 1986 – 1999
  • Staf Pengajar dan staf keuangan pada Lembaga Bahasa dan Pengembangan Tenaga Pengajar IAIN Ar Raniry 1997 – 1999


TRAINING, SEMINAR DAN KONFERENSI
  • Peserta dan Narasumber International Conference on Aceh, Bangkok Thailand tahun 1999
  • Pemateri/Narasumber Kuliah Umum Tentang Pemerintahan Lokal yang dilaksanakan oleh Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta 1999
  • Pemateri/Narasumber pada Workshop Persiapan Proses Perdamaian Aceh yang dilaksanakan oleh Henry Dunant Centre di Jakarta 1999
  • Peserta Human Rights and Diplomatic Training, Bangkok Thailand Tahun 1999
  • Pemateri/Narasumber Seminar Nasional Mencari Format Ideal Masa Depan Aceh, Jakarta 2000
  • Peserta dan Nara Sumber Human Rights and Conflict Resolution Training, Netherland Belanda Tahun 2000
  • Pemateri dalam International Conference on South East Asia, Helsinki Finlandia Tahun 2000
  • Peserta dan Nara sumber Democratization and Local Governance, Helsinki Finlandia tahun 2000
  • Peserta dan Pemateri Peace and Human Rights Training, Singapore 2000
  • Peserta Diplomatic and Speaking Tour Program, Amerika Serikat tahun 2001
  • Peserta dan Pemateri Diplomatic and Political Training, Kuala Lumpur Malasyia 2002
  • Peserta Training on Politics and Government, Stocholm Swedia 2005 dan 2006
  • Peserta dan Pemateri pada Asia Europe Forum yang diadakan oleh Departement Luar Negeri Finlandia, Helsinki 2006


BAHASA YANG DIKUASAI
  • Bahasa Aceh
  • Bahasa Melayu / Indonesia
  • Bahasa Arab
  • Bahasa Inggris


KETRAMPILAN TEKNOLOGI
  • Komputer
  • Multimedia
  • Informasi Teknologi


PENGALAMAN SOSIAL LAINNYA
  • Sering ditangkap polisi ketika memimpin dan ikut aksi demontrasi damai untuk Aceh
  • Menjadi Tahanan Politik 2000 – 2001
  • Menjadi Tahanan Politik 2003 – 2005


MOTTO
Janganlah berjuang karena dendam tetapi bebaskan dan damaikan untuk kemanusiaan, keadilan serta peradaban.

---
Source: muhammadnazarcenter.com

Sunday, June 19, 2011

Muhammad Nazar Buka Tunas Ramadhan se Aceh di dataran tinggi Gayo

Wagub Buka Tunas Ramadhan se Aceh di dataran tinggi Gayo
Takengen-ALABASPOS. Minggu, 29 Agustus 2010

Kegiatan Tunas Ramadhan se- Aceh yang berlangsung di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, dihadiri kurang lebih 1.000 peserta dari 21 kabupaten /kota se-Aceh. Ketua Kwarcab Pramuka Aceh Tengah Ir.Syukur Kobath, menjelaskan dari 23 Kabupaten /Kota, Kabupaten Simeule dan Pidie Jaya tidak mengirimkan pesertanya untuk mengikuti Tunas Ramadhah 1431 H ini.

Sebelumnnya pada pkl 14.30, WIB telah berlangsung Pawai Taqrub yang diikuti seluruh peserta Tunas Ramadhan, dengan menaiki Bus yang telah dipersiapkan masing-masing kontingen. Kegiatan Pawai Taqrub ini, juga dimeriahkan dengan hadirnya komunitas Sepeda Onthel Gayo Takengon. Pawai dengan rute depan Pendopo- Simpang Kodim, Terminal, Jalan Lintang , RSU Datu Beru- Simpang Empat Bebebsen- Simpang Kemili, Depan Polres Aceh Tengah dan berakhir di Depan Pendopo Aceh Tengah. Pawai Taqrub tersebut cukup mendapat apresiasi dan perhatian dari warga Dataran Tinggi Tanoh Gayo.

Ir.Syukur Khobath, Kwarcab Pramuka Aceh Tengah, dalam sambutannya memaparkan, kegiatan Tunas Ramadhan yang bertemakan Tunas Ramadhan Prestasi ini, berlangsung tanggal 28 Agustus 2010 hingga 01 Sepetember 2010. Peserta akan mengikuti 6 (enam) cabang lomba Musabaqah, untuk cabang Tilawah dipusatkan di Bebalen Masjid Agung Ruhama Takengon, cabang Fahmil Qur’an berlangsung di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, cabang Khatil Qur’an atau kaligrafi dilangsungkan di Gedung Olah Raga (GOR) Paya Ilang Takengon, Tajhil Mayat atau Memandikan Mayat dilangsungkan di Lapangan Masjid Al-Abrar Kebayakan, cabang Muazin dengan lokasi di Masjid Quba Bebesen, dan untuk cabang Syarhil Qur’an dilangsungkan di Arena Utama Lapangan Setdakab Aceh Tengah.

Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, S.Ag membuka secara resmi kegiatan Tunas Ramadhan se- Aceh yang berlangsung di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, Sabtu (28/8). Tampak hadir Ketua harian Kwarda Pramuka Aceh Drs,H.Azhari Basyar, Kepala kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh. Drs.A.Rahman TB,LC. Ka.Biro Keistimewaan dan Kesra Pemerintah Aceh Drs.Suhaiba. Kapolres Aceh Tengah, AKBP.Edwin Rahmat Adikusumo,SE, Kasdim Aceh Tengah, Mayor inf,Prabowo, Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah, Taqwa dan Ketua MPU Aceh Tengah, yang diwakili Tgk H,Razali Irsyat, serta sejumlah ketua ,wakil ketua dan pengurus Kwartir Cabang Paramuka Kabupaten/Kota.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, mengatakan hakekat pelaksanaan Tunas Ramadhan yang digelar memiliki esensi moral dalam membangun sebuah peradapan sebagai anggota kepanduan. Disebutkannnya ada tiga hal penting yang menjadi modal utama untuk membangun sebuah peradapan, ketiga hal tersebut adalah pertama yang harus dimikili seorang anggota pramuka adalah modal keimanan dan ketaqwaan dalam arti sesungguhnya, yang sejatinya bisa menjadi dasar pembentukan karakter. Kedua, menurut Nazar adalah modal Pengetahuan, Profesionalitas, Skill serta Kemampuan, dengan modal yang dimiliki ini diharapkan kita mampu berdiri dengan baik, mampu mandiri diantara bangsa-bangsa sejagat. Kemudian ketiga, sebut Nazar adalah modal Akhlakul Karimah yang didalamnya termasuk memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, etika dalam pergaulan sesama manusia, sesama umat beragama, dan diantara umat yang berlainan agama.

Kegiatan Tunas Ramadhan adalah satu-satunya kegiatan yang ada di Aceh dan mulai tahun ini diikuti oleh utusan Pramuka dari luar Aceh, yaitu saudara kita dari Medan, mereka juga mengikuti Tunas Ramadhan yang kita gelar. Kita mengharapkan Tunas Ramadhan yang kita laksanakan ini, akan menjadi Model dan Strategi di Tingkat Nasional bahkan bagi pramuka-pramuka di Asia Tenggara, pemeluk agama Islam, seperti Malaysia dan Singapore yang memiliki kepanduan pramuka dengan kegiatan Reguler Ramadhan.

Kepala Wartawan, Nazar menjelaskan, bahwa dengan kegiatan Tunas Ramadhan, akan berdampak kepada tumbuhnya tunas-tunas baru yang berkarakter untuk membangun bangsa ini, dengan tujuan mendorong, memotivasi dan meningkatkan spiritual moral sehingga kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin yang siap mental dan fisik. Dengan daya tahan mental dan fisik yang baik akan layak guru yang baik, tentara yang kuat, lawyer yang bijak, polisi yang mengayomi sehingga dapat membentuk karakter bangsa ini kedepan, Pungkas Wagub Nazar.

Bupati Aceh Tengah, Ir.H.Nasaruddin, MM., yang juga sebagai ketua Majelis Pembina Cabang (Kamabicab) Pramuka Aceh Tengah, menyambut baik kehadiran Kwarcab Pramuka dari Kabupaten/Kota di Aceh Tengah. Melalui pembinaan keagamaan, Bupati sangat yakin dapat menghasilkan generasi yang nyaman, generasi yang al Qur’ani sehinga dapat dijadikan dasar kehidupan sesuai yang dicontohkan Rasulullah. Bupati berharap pembinaan dalam pramuka akan menentukan perkembangan generasi muda, melalui Saka (Satuan Kerja) yang ada, “kita harapkan dibeberapa saka akan meningkatkan kemampuan sehingga dapat diterapkan dikantor masing-masing nantinya” ujar Bupati kepada wartawan.

Dari pantauan dilokasi usai seremoni pembukaan Tunas Peramuka Se-Aceh, segenap pengurus dan anggota Tunas Ramadhan langsung menuju Pendopo Aceh Tengah untuk berbuka Puasa Bersama, yang dilanjutkan dengan shalat Isha dan Tarawih di masjid Agung Ruhama Takengon, Di masjid Agung Ruhamna ini, Usai shalat tarawih dilanjutkan dengan peringatan Nujulul Qur’an dengan penceramah Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar. (wein)
Sumber : ALABASPOS



Serambinews - Takengon Aceh Tengah - Mon, Aug 30th 2010

Ketua Kwarda Pramuka Aceh Muhammad Nazar menyerahkan piala bergilir Tunas Ramadhan kepada Ketua Kwarcab Pramuka Aceh Tengah Ir Syukur Kobath sebagai Ketua Panitia Lokal Tunas Ramadhan se-Aceh dan Sumatera, Sabtu (28/8). Piala Bergilir itu akan diperebutkan oleh 22 kontingen Pramuka dari Aceh dan Sumatera Utara.  SERAMBI/JALIMIN
Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Aceh, Muhammad Nazar mengharapkan, program Tunas Ramadhan yang hanya ada di Provinsi Aceh dapat dilaksanakan pada tingkat nasional. Tunas Ramadhan adalah kegiatan anak-anak Pramuka yang digelar selama bulan Ramadhan di lokasi berpindah-pindah, dalam rangka peningkatan pengetahuan keagamaan dan disiplin diri.

Harapan itu disampaikan Muhammad Nazar pada pembukaan Tunas Ramadhan Pramuka se-Aceh dan Sumatera di Lapangan Setdakab Aceh Tengah, Sabtu (28/8). Untuk memasukkan Tunas Ramadhan sebagai pendidikan non-formal bagi genarasi muda, sebut Muhammad Nazar, materi pelatihan terus dikembangkan sehingga menjadi model (contoh) bagi Tunas Ramadhan yang akan digelar pada tingkat nasional dan internasional.

Dalam kegiatan Tunas Ramadhan, sebut Nazar, mengandung tiga unsur dasar sebagai modal gerakan pramuka yakni Ketekunan dan Ketaqwaan, sumberdaya manusia (SDM) skill dan profesioal serta akhlaqul karimah (akhlak yang mulia)

Berbekal tiga modal dasar itu, sebut Muhammad Nazar, Program Tunas Ramadhan sangat cocok untuk diterapkan pada tingkat nasional dan menjadi agenda rutin pemerintah setiap tahunnnya. Bila Tunas Ramadhan sudah menjadi program nasional, maka, pemerintah dapat memberikan dukungan anggaran untuk kelancaran kegaiatan keagamaan tersebut.

Di negara Arab Saudi, peran pramuka sangat tinggi, selain dijaga oleh tentara dan polisi, pramuka juga ikut menertibkan para jemaah haji yang sedang melaksanakan rukun haji di Kota Mekkah dan Madinah. “Mudah-mudahan, Tunas Ramadhan akan menjadi program nasional yang digelar setiap tahunnya,” ujar Muhammad Nazar yang juga Wakil Gubernur Aceh itu.

Pada Tunas Ramadhan kali ini, 21 kwarcab Pramuka seluruh Provinsi Aceh mengirimkan kontingennya, ditambah dengan satu kontingen dari Kwarda Pramuka Sumatera Utara. Dua Kwarcab Pramuka di Aceh tidak mengirim pesertanya yakni Kabupaten Pidie dan Simeulue.

Pembukaan Tunas Ramadhan se-Aceh dan Sumatera Utara tahun 2010 dihadiri para ketua kwarcab seluruh Aceh yang notabenenya menjabat sebagai wakil bupati masing-masing daerah. Tunas Ramadhan se-Aceh dan Sumatera Utara tahun 2010di Takengon berakhir 1 September 2010.(min)

Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar Terima Lencana Anugerah Gemilang Presiden - penghargaan tertinggi gerakan pramuka Malaysia

Wagub Terima Anugerah Pramuka Tertinggi
Malaysia Puji Gerakan Pramuka Aceh
SAMBAS - Thu, Dec 16th 2010

Pesuruh Jaya Pengakap Negeri Malaysia Datok Kaharuddin Nasution menyematkan Lencana Anugerah Gemilang Presiden (penghargaan tertinggi gerakan kepramukaan Malaysia) kepada Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Aceh Muhammad Nazar di Sambas

Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Aceh, Muhammad Nazar menerima “Anugerah Gemilang Presiden” yang merupakan penghargaan tertinggi dari Pemerintah Malaysia untuk tokoh Gerakan Pramuka dari luar negara itu. Lencana penghargaan itu disematkan oleh Pesuruh Jaya Pengakap Negeri Malaysia (Ketua Gerakan Nasional Malaysia), Datok Kaharuddin, di Sambas, Kalimantan Barat, Rabu (15/12).

Menurut laporan yang diterima Serambi, Muhammad Nazar yang juga Wagub Aceh merupakan satu-satunya tokoh provinsi yang menerima penghargaan tersebut. Penghargaan serupa pernah diterima Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Ka Kwarnas Pramuka Indonesia, Prof Azrul Azwar. Penghargaan diserahkan pada acara pembukaan Perkemahan Budaya Serumpun yang diikuti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pesuruh Jaya Pengakap Negeri Malaysia Datok Kaharuddin memuji Ka Kwarda Pramuka Aceh, Muhammad Nazar dengan menyebutnya sebagai sosok yang berhasil dengan gemilang membangkitkan Gerakan Pramuka Aceh pascakonflik dan tsunami. “Apa yang kita saksikan di Aceh dengan gerakan pramukanya adalah berkat usaha dan kerja keras yang kuat. Inilah yang mendasari kami menganugerahkan penghargaan kepada Muhammad Nazar,” kata Datok Kaharuddin menjawab Serambi seusai menyematkan lencana “Anugerah Gemilang Presiden” kepada Muhammad Nazar.

Ka Kwarnas Pramuka Indonesia, Prof Azrul Azwar mengatakan Aceh behasil bangkit dan menghidupkan kembali kegiatan kepramukaan setelah daerah itu lama terkungkung dalam konflik dan peristiwa tsunami. “Kami sangat menghargai apa yang dilakukan Kwarda Pramuka Aceh. Sebuah capaian prestasi yang sangat penting, terlebih baru saja Aceh sukses menyelenggarakan kegiatan kepramukaan nasional (Perkemahan Wirakarya Nasional VII) yang dibuka Presiden dan ditutup Wapres,” ujar Azrul Azwar.

Ka Kwarda Kalimantan Barat Drs Suryadi yang masih menjabat Koordinator Wilayah Pramuka Kalimantan secara khusus menyampaikan selamat kepada Muhammad Nazar atas penganugerahan penghargaan tersebut. “Itu merupakan wujud dari dedikasi dan komitmennya dalam mendorong kebangkitan Gerakan Pramuka di Aceh. Kami mendengar bahwa di Aceh Pramuka telah menjadi gaya hidup di kalangan generasi muda,” kata Suryadi.

Bagi Muhammad Nazar, ini penghargaan yang kedua diterima setelah Lencana Melati yang disematkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada 14 Agustus 2009. “Itu adalah anugerah yang langsung diterima Ka Kwarda Aceh. Penghargaan lain diberikan kepada kontingen Aceh dalam berbagai kegiatan Jambore Asean dan Asia Pasifik di Filipina dan Korea Selatan,” kata Wakil Ketua Kwarda Pramuka Aceh, Ir Jufri Effendi yang ikut mendampingi Wagub Muhammad Nazar ke Sambas.

Wagub Muhammad Nazar menyatakan, penghargaan yang diterimanya merupakan penghargaan kepada segenap rakyat Aceh yang telah ikut berpartisipasi dan mendorong tumbuhnya iklim kondusif bagi kegiatan kepramukaan di Aceh. “Ini adalah penghargaan dan penghormatan untuk rakyat Aceh,” sebut Wagub.
Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar salam komando dengan Bupati Sambas Burhanuddin Rasyid (kanan) setelah menerima Anugerah Pramuka Malaysia di Sambas Kalbar, Rabu (15/12). Kegiatan ini dihadiri oleh ribuan peserta dari Singapore, Brunei, Malaysia dan Indonesia.
Sumber: www.theglobejournal.com

Perkemahan Budaya
Ketua Panitia Perkemahan Budaya Serumpun, Ir Burhanuddin A Rasyid menyatakan kegiatan tersebut diikuti 2.150 peserta dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. “Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat jalinan silaturahmi Pramuka serumpun,” kata Burhanuddin yang juga Bupati Sambas.

Perkemahan Budaya Serumpun sepenuhnya diisi kegiatan seni budaya dan wisata. Hanya 20 persen yang berisi kegiatan kepramukaan. Itupun sifatnya nonlomba. Kegiatan itu sendiri dibuka Gubernur Kalimantan Barat, Cornellis dimeriahkan pertunjukan tari massal.(fik)

Sumber: aceh.tribunnews.com

Share

Follow Us on Twitter Delicious Be our fan on Facebook Digg Subscribe to our RSS Feed Favorites