TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Senin, 06 Desember 2010
Tampak mendampingi mereka ialah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara EE Mangindaan dan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh. Wakil Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Muhammad Nazar dan Walikota Aceh Besar Mawardi Nurdin langsung menyambut mereka di kaki tangga.
Setelah beristirahat sekitar 15 menit, rombongan Boediono akan memulai kegiatan kunjungannya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan berangkat ke Bumi Perkemahan Seulawah, Kabupaten Pidie. Di bumi perkemahan yang terletak sekitar 80 kilometer di timur Banda Aceh itu, Wakil Presiden bakal menutup Perkemahan Wirakarya Nasional VII yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya. Acara yang berlangsung dari 29 November hingga 6 Desember itu diikuti hampir sepuluh ribu Pramuka Penegak dan Pandega dari 30 provinsi.
Wapres Boediono (kanan) didampingi Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar dan Mendiknas Muhammad Nuh menutup Perkemahan Wirakarya Nasional di Saree, Pidie, Aceh |
Acungan Jempol Boediono untuk Pramuka
Mendung menggayut dan angin dingin berhembus saat rombongan Wakil Presiden Boediono tiba di Bumi Perkemahan Seulawah, Kabupaten Pidie, Senin 6 Desember 2010. Di lokasi yang terletak sekitar 80 kilometer di timur Banda Aceh itu, mereka duduk di bangunan beratap di pinggir lapang, siap menghadiri penutupan Perkemahan Wirakarya Nasional VII.Lebih dari tiga ribu pramuka berbaris rapi di tengah lapangan yang becek sisa hujan semalam, dengan petak-petak rumput yang belum menyatu. Kompleks perkemahan seluas 120 hektar itu memang baru dibangun tahun ini demi perhelatan nasional lima tahunan yang dimulai tanggal 29 November 2010 lalu.
Pidie adalah tempat pertama yang didatangi Boediono dalam kunjungannya ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam kali ini. Boediono datang ke tempat ini untuk menutup Perkemahan Wirakarya Nasional VII yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya. Acara tersebut diikuti hampir sepuluh ribu Pramuka Penegak dan Pandega dari 30 provinsi.
Saat Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar membacakan sambutannya, gerimis turun disusul hujan deras. "Saya singkat saja karena hujan, kasihan adik-adik kita," ujarnya menutup laporan. Wakil Gubernur Naggroe Aceh Darussalam, Muhammad Nazar butuh waktu lebih lama, sekitar lima menit untuk berpidato. "Aceh adalah daratan yang aman, ramah, damai, dan kosmopolit," ucapnya. Saat ia mengatakan salam penutup, separuh pramuka yang berbaris di belakang telah mundur berteduh. Separuh sisanya memilih bertahan.
Tak hanya para Pramuka yang kehujanan, tempias hujan juga memasuki tempat para pejabat, membuat personil Pasukan Pengamanan Presiden sibuk memundurkan kursi-kursi. Mikrofon nirkabel pemimpin upacara pun mati karena hujan.
Saat tiba giliran berbicara di hadapan pramuka yang telah 12 menit dihajar hujan, Boediono pun memuji mereka. "Saya mengacungkan jempol. Apakah dengan hujan ini semangat adik-adik runtuh?" tanyanya dengan nada a la orator, hal yang jarang dilakukan pria kalem itu. "Tidaaaaak," jawab para pramuka yang telah basah kuyup di hadapannya.
Ia hanya menyampaikan dua pesan bagi peserta kemah. Pertama, saat pulang ke daerah asal, bawa serta pengalaman yang baik dalam Wirakarya. "Camkan apa makna untuk membantu berinteraksi dgn masyarakat, camkan bahwa adik-adik adalah putra Indonesia, satu bangsa," tuturnya. Boediono juga meminta partisipan menjadi motor revitalisasi gerakan pramuka di daerahnya masing-masing.
Setelah 22 menit diterpa hujan, upacara akhirnya berakhir dan peserta dibubarkan. Rupanya semangat mereka tak padam oleh guyuran air. Sebagian berlarian ke belakang panggung, berharap bisa bersalaman dan berfoto dengan Azrul.
Tidak apa-apa kehujanan? "Ya capek, dingin," kata Cut Putri, pramuka dari Simeuleue, sembari tersenyum dan menunjukkan semangatnya, merangsek ke tengah kerumunan. (BUNGA MANGGIASIH)
Sumber: tempointeraktif.com